Header Ads

test

Menyiapkan Anak Tangguh di Era Digital

Menyiapkan Anak Tangguh di Era Digital
Ilustrasi
Kampung Edukasi - Tantangan Era Digital, Anak-anak kita hari ini adalah penduduk asli dunia yang disebut dunia digital, dimana anak-anak dikepung berbagai informasi positif dan negatif, tontonan dan tayangan yang bersiliweran dan berkelimpahan dan sulit untuk disaring. Dunia satu sisi menjadi lebih terbuka tanpa batas-batas ruang dan waktu , sisi lain ada ruang lain yang tidak bisa dikontrol oleh orang tua. Dunia serasa personal karena HP, sosial media , internet dalam genggaman.

Lihatlah anak-anak remaja berlomba-lomba membuka ruang privasinya, hanya sekedar ayahnya tidak kasih dia uang jajan, dia posting di FB dan curcor di twitter. Photo-photo yang seharusnya tidak diumbar ditebar di media instagram hanya sekedar membuktikan diri bahwa dia eksis di dunia maya. Begitupun orang dewasa tidak ketinggalan, menjadikan digital sebagai ajang cari nafkah, bisnis, sarana edukasi, bisa juga sarana untuk pamer-pamer photo isteri, photo2 berdua , wisata kuliner dsb. Bahkan juga dijadikan untuk sarana membangun opini dalam sebuah perjuangan dakwah.

Tentunya orang tua harus bijak dalam menyikapi dunia digital, harus memiliki kesadaran akan dunia ini sehingga bisa mengambil keputusan-keputusan yang tentunya dapat mengambil manfaat darinya dalam memperudah segala urusan hidup. Jangan sampai justru ayah bundalah yang menjadi pelopor kerusakan anak-anak dengan memfasilitasi sarana digital tanpa protek.

Dunia pendidikan juga butuh dunia maya untuk mendapatkan berbagai informasi, ilmu dan sarana lainnya untuk menunjang lebih cepat mengakses dan lebih memudahkan urusan. Namun harus jeli dan cermat menghadapi teknologi yang seharus dapat mengantarkan anak-anak kita tercerahkan dengan Islam, malah justru terjebak dalam kerusakan kepribadian Islam anak.

Seringkali ayah bunda menggunakan sarana Hp dengan berbagai aplikasi di dalamnya dan notabene mudah diakses oleh anak semisal game diberikan begitu saja. Anak asik dengan mainannya yang menarik bagaikan pengasuh pengganti bagi ayah bunda , ditengah-tengah kesibukan menuntaskan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan lainnya, agar anak tidak mengganggu.

Mungkin awalnya demikian, namun seiring anak bertambah usia, lambat laun game telah menstimulus anak dengan baik belum lagi nilai-nilai pornografinya dan kekerasan yang ada pada game sehingga anak sangat bergantung karena kecanduan (adiction). Kalau sudah begini ayah bunda akan sulit melepaskan anak dari game, karena anak akan marah dan rewel bila HP lepas dari genggamannya. Dan ketika anak beranjak remaja Hp pun menjadi barang yang harus dimiliki oleh anak dan serasa tidak keren kalau tidak pegang android. Begitulah sekelumit tentang daya tarik digital bagi anak-anak.

Bisa jadi dengan alasan daripada anak main keluar di rumah tetangga, sementara ayah bunda tidak mau direpotkan dengan anak tetangga dan pengaruh buruk dari pergaulan tetangga, begitu saja menggantinya dengan HP. Silahkan anak main sepuasnya asal jangan main, tanpa mempertimbangkan apakah game itu membahayakan ataukah tidak yang penting anak tidak main di luar. Keasikan anak ini bisa berjam-jam bahkan makan dan minumpun HP tidak lepas dari genggaman sang anak. Realitas di atas bisa jadi tergabung pada orang tua yang tidak sadar akan bahasa digital pada anak dan dampak besar yang muncul dari permainan, tontonan dan tayangan.

Sisi lain, bahkan ayah bunda yang disibukkan dengan HP, anak dibiarkan tanpa komunikasi dan perhatian. Anak-anak orang lain diurus, dicerahkan via group wa karena berposisi sebagai guru misalkan, sementara anak sendiri tidak dibangun kedekatan dan komunikasi yang produktif karena masing-masing sibuk dengan alamnya sendiri.

Menyiapkan Anak Tangguh
Menghadapi tantangan digital butuh sebuah kesadaran, satu sisi ayah bunda berhadapan dengan anak sisi lain berhadapan dengan dunia digital yang siap merampas hak-hak pendidikan anak dan siap menghancurkan kepribadian Islamnya. Tidak sedikit anak-anak menjadi susah diatur dan susah mendengarkan nasehar hanya karena fokusnya pada HP dalam genggamannya atau TV yang selalu tersedia.

Godaan bagi anak-anak kita memang besar terhadap digital, karenanya kita harus menyiapkan mereka agar bisa bersikap sesuai dengan kebenaran berpikir mereka tentang hidup agar mereka menjalani hidup dalam pengaruh pemikiran yang berlandasakan aqidah islamiyyah dan berbuat sesuai dengan apa yang dibolehkan Allah dan apa yang tidak boleh, bukan karena dorongan hawa nafsu. Disinilah peran kita berproses membentuk kepribadian Islam anak, mengantarkan mereka hingga meraih ketinggian berpikir dan ketinggian amal saleh.

Kepribadian Islam itu harus distimulasi sejak dini dan yang menstimulasinya adalah kita, nayah bundanya bukan yang lain, bukan pula digital. Anak usia dini butuh peletakan fondasi yang kuat dalam basis aqidah islamiyyah dan dalam standar syariah dalam amal. Tentunya ini membutuhkan konsentrasi, fokus, curah pikir, waktu dan tenaga, tidak bisa sambilan. Membuatnya program belajar dalam stimulasi adalah pemberian terbaik bagi pendidikannya dan itu sebaik-baik pemberian.

Kepribadian Islam ini adalah bentuk ketangguhan tersendiri dalam diri anak agar anak tampak kesalehannya sejak usia dini, sehingga kesuksesan di usia ini dapat mengantarkan kesuksesan ke jenjang usia berikutnya. Kepemimpinan ananda juga harus dibangun sejak usia ini agar dia tidak mudah terpengaruh akan tetapi dapat memimpin pemikirannya dengan aqidah Islam dan memimpin orang lain dengan pemikiran yang dia punya.

Lebih dari itu, benih-benih mujahid sudah harus ditanamkan, agar dalam dada anak dapat meresapi makna sebuah perjuangan untuk kemuliaan Islam. Bahkan kelak benih-benih mujahid yang tumbuh dalam dirinya ini dapat membawa semangatnya untuk memenangkan setiap pertarungan peradaban dan mengantakan Islam kembali ke puncak kegemilangan peradaban dunia.

Jika proses ini sudah ayah bunda canangkan sejak dini, maka ananda akan keluar dari penduduk asli dunia digital, dia akan naik ke ketinggian berpikir dan memiliki cita-cita besar kelak menjadi khairu ummah yang bermanfaat bagi seluruh manusia.

Pendidikan Berbasis Aqidah Islam Menjawab Tantangan Digital

Setiap zaman akan berbeda bentuk kehidupannya, karena itu kita harus mempersiapkan ananda dalam pendidikan terbaik untuk zamannya bukan zaman ibunya, yaitu mendidik anak untuk zaman peradaban Islam

Setiap zaman memiliki tantangan tersendiri yang akan dihadapi oleh setiap anak. Zaman khilafah walau kehidupannya sudah islami pastinya punya tantangan yaitu tantangan untuk menaklukan wilayah demi menyebarkan islam, karenanya wajar bila lahir para ulama yang hebat, mujahid yang tangguh dan pemimpin yang luar biasa hasil dari sistem pendidikan yang ada.

Saat ini zamannya digital punya tantangan yang tentunya berbeda dengan zaman kita dahulu ketika menjadi anak-anak. Sekolah dulu dengan kapasitas guru, kurikulum dan sarana prasarana yg terbatas tapi tidak mempunyai tantangan teknologi internet, tayangan TV seperti hari ini. Jadi tantangan itu selalu ada walau tidak selalu sama.

Sesungguhnya dalam mendidik anak dan memilihkan sekolah bagi ananda tidak dilihat dari seberapa besar tantangan yg dihadapi sehingga dia survive terhadap keberagaman, tapi dipandang dari sisi sejauh mana pendidikan yang kita berikan ke anak sesuai dengan konsep pendidikan islam sehingga ananda memiliki kepribadian islam yang tangguh.

Untuk itu diperlukan suatu pertimbangan yang matang kapan saatnya ananda tidak boleh terkontaminasi tsaqofah asing yang merusak dan lingkungan yang merusak dan kapan saatnya ananda kita terjunkan untuk merubah masyarakat yang heterogen.
Dalam hal ini untuk anak usia dini dan usia prabaligh tidak dibenarkan memberikan materi pelajaran yang bertentangan dengan aqidah, semisal materi Demokrasi, bias gender, nasionalisme dsb. Karena tahapan ini adalah tahapan pengokohan / tarkiz aqidah, penanaman tsaqofah Islam, tahfidz alquran, belajar bahasa arab sebagai materi wajib. Berikut diberikan materi penunjang tentang sains, math, geografi, teknologi. Juga diberikan keterampilan dan seni sebagai ekskul.

Saat ananda dirasa sudah memiliki kepribadian islam dan tinggal mematangkan maka ananda bisa diterjunkan langsung ke masyarakat sebagai bagian dari pengemban dakwah di usia 15 tahun, walau sebelum usia tsb sudah dilakukan pelatihan dan pembiasaan mendakwahkan islam di masyarakat yang heterogen yang dibimbing langsung oleh ortu dan guru. Juga ananda bisa dilibatkan dalam dakwah jamaah sebagai bentuk pembinaan militansi langsung karena militansi ini tidak bisa didapatkan di sekolah tapi didapatkan di jamaah dakwah.

Jadi tidak benar bila anak yang di sekolahkan di sekolah islam/berbasis aqidah islam tidak survive dan tegar menghadapi masyarakat yang heterogen, justru menurut saya akan lebih siap menjawab persoalan2-persoaln umat berbekal tsaqofah yang luas dan kepribadian yang berpengaruh.

Sementara anak-anak yang tsaqofahnya tidak memadai dalam kepribadian yang belum siap seringkali terbawa arus sekularisme, akhirnya bukan menjadi bagian yang memecahkan masalah umat terkadang dia sendiri bermasalah yang membuat orang tua lelah memikirkannya.

Nah kuncinya mari kita siapkan konsep terbaik untuk mendidik anak2 mengantarkannya menjadi sosok yang mumpuni sebagai pribadi tangguh dan munpuni juga sebagai Sumber Daya Manusia di zamannya sebagai pemimpin dan berada di barisan para mujahidin.
Menyiapkan Anak Tangguh di Era Digital
Ilustrasi

Menjadi Ayah Bunda Tangguh

Menginginkan anak dapat survive menghadapi tantangan zaman tentunya butuh ayah bunda tangguh dalam menyiapkan anak-anaknya mengantarkan mereka berhadapan dengan zamannya tanpa terkena imbas kerusakan, akan tetapi menjadi anak-anak yang handal dan mampu melakukan perubahan di tengah-tengah umat.

Ayah bunda tangguh haruslah memiliki kepribadian Islam yang tangguh dan berpengaruh agar dapat bertanggung jawab kepada pendidikan anak-anaknya dan dapat menjadi tauladan dalam perkara kepribadian. Ayah bunda tangguh juga harus peka terhadap zaman dan mengikuti perkembangannya agar bisa berkontribusi dalam menyiapkan generasi, mengambil kendali kepemimpinan di zamannya. Ayah bunda tangguh juga harus kaya tsaqafah Islam agar dapat ditransferke dalam pemikiran anak-anak mereka dan menyaring tsaqafah asing yang masuk. Ayah bunda tangguh juga harus visioner, berpikir ke depan yang lebih baik untuk Islam dan anak-anak mereka adalah bagian dari peradaban yang lebih baik tersebut.

Ayah bunda tangguh harus terjun sendiri dalam mendidik anak dengan penuh tanggung jawab yang agung, memahami konsep, kurikulum dan metode pendidikan, berpikir tentang strategi dan uslub pendidikan yang mereka program dalam rangka pemberian terbaik mereka untuk anak-anak. Ayah bunda tangguh harus menyediakan curah pikir, tenaga, waktu dan sarana bagi tercapainya anak-anak tangguh yang diharapkan.
Wallahu a’lam bishshawab.

Oleh : Yanti Tanjung, S.Ag - Pakar Parenting Nasional dan Penulis

1 komentar:

  1. Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www,SmsQQ,com

    Keunggulan dari smsqq adalah
    *Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
    *Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
    *Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
    *Bonus Setiap Hari Dibagikan
    *Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
    *Bonus referral 10% + 10%
    *Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
    *Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )

    Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66

    Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    BalasHapus